Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan

Berapa banyak air yang harus kita minum setiap hari? Ya, minimal kalian harus meminum air 8 gelas atau 2 liter sehari. Apa akibatnya bila dalam satu hari kita tidak minum? Tentu fungsi metabolisme dalam tubuh akan terganggu dan apabila ini berlangsung terus menerus maka kita akan mudah sakit. Karena air sangat penting dan berharga bagi kehidupan di muka bumi, kita harus memanfaatkan air sebijaksana mungkin.

Air di permukaan bumi merupakan lapisan yang disebut hidrosfer. Volume atau banyaknya air di bumi relatif sama dari waktu ke waktu karena air senantiasa mengalami perputaran atau siklus. Pada awalnya, air di permukaan bumi menguap karena panas sinar matahari, kemudian naik ke atas muka bumi atau udara. Uap di udara pada ketinggian tertentu mengalami kondensasi karena proses pendinginan sehingga uap air menjadi titik-titik air dan jatuh ke bumi yang disebut hujan.

Apap itu kondensasi? Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Kondensasi terjadi ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap dikompresi (yaitu, tekanan ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah terkondensasi dari uap disebut kondensat.

Siklus air dapat dibedakan menjadi siklus pendek, sedang, dan panjang. Proses perputaran air pada ketiga siklus tersebut relatif sama, namun perbedaannya terletak pada daerah yang dilalui oleh uap air menjadi titik air. Siklus air menunjukkan keberadaan air di permukaan bumi secara keseluruhan relatif tetap.
Berdasarkan gambar di atas, pada awalnya air laut menguap dan uap-uap air naik ke permukaan laut. Pada ketinggian tertentu, uap berkondensasi dan berubah menjadi titik air yang berubah menjadi curahan atau hujan. Siklus ini termasuk siklus hidrologi pendek. Uap air sisa dari hujan dibawa angin ke arah daratan. Uap-uap air ini bertambah seiring dengan uap air di sepanjang daerah yang dilaluinya. Pada jarak ketinggian tertentu, uap-uap air berubah menjadi titik-titik air (kondensasi) yang selanjutnya menjadi curahan (hujan), yang disebut siklus hidrologi sedang. Angin yang melalui daerah ini membawa uap-uap air sisa hujan ke daratan yang lebih tinggi. Uap air ini terus bertambah dengan uap air di sepanjang daerah yang dilalui. Selanjutnya, uap air jenuh terkondensasi dan akhirnya hujan, yang disebut siklus hidrologi panjang. Dalam siklus hidrologi ini, dapat saja yang terjadi hanya siklus pendek sehingga tidak sampai pada siklus-siklus berikutnya.

1. Bentuk-Bentuk Tubuh Air Permukaan
Air dapat dikelompokkan menjadi air permukaan dan air bawah tanah. Air permukaan merupakan massa air yang terletak di permukaan bumi. Misalnya, sungai, danau, rawa, laut, dan waduk.

a. Sungai
Sungai adalah air mengalir yang terdiri dari air tawar atau gletser pada saluran buatan alam menuju laut atau danau atau sungai yang lain. Pada awalnya, suatu tubuh air kecil mengalir mencari tempat yang lebih rendah, kemudian bertemu dengan aliran air lain. Lama-kelamaan, aliran air ini semakin banyak hingga terbentuk sungai. Sungai juga berfungsi mengumpulkan curah hujan di suatu tempat tertentu dan kemudian mengalirkannya sampai ke laut.

Tipe-tipe sungai dapat dibedakan berdasarkan sumber air, besar aliran, dan arah aliran. Sungai menurut sumber air sungai, yaitu sungai hujan dengan sumber airnya berasal dari air hujan, sungai gletser dengan sumber airnya dari gletser atau es yang mencair, dan sungai campuran dengan sumber airnya dari hujan dan gletser. Sungai hujan banyak terdapat di Indonesia, sungai gletser seperti di bagian hulu Sungai Mamberamo dan Sungai Digul di Papua, sedangkan sungai campuran, seperti pada bagian hilir Sungai Mamberamo dan Sungai Digul.

Menurut besar alirannya, sungai dapat dibedakan menjadi sungai permanen dan sungai periodik. Sungai permanen, yaitu sungai yang mengalir sepanjang tahun (terus-menerus). Sungai periodik, yaitu sungai yang di waktu musim hujan berair banyak dan saat musim kemarau airnya sedikit, bahkan kering.

Berdasarkan DAS suatu sungai, pola alirannya dapat dibuat sebagai berikut.
  1. Pola aliran radial, yaitu jika beberapa sungai mengalir ke luar dari sebuah dome atau sebuah gunung.
  2. Pola aliran dendritik (aliran pohon), yaitu jika sungai konsekuen mendapat air dari sejumlah anak sungainya.
  3. Pola aliran trellis, yaitu pola aliran sungai pada beberapa sungai konsekuen yang mendapat tambahan air dari sungai subsekuen yang arah alirannya tegak lurus pada sungai konsekuen sehingga menyerupai trellis.
  4. Pola rektanguler, yaitu pola sungai yang alirannya melalui daerah patahan.
  5. Pola pinate, yaitu pola aliran sungai yang muara-muara anak sungainya berbentuk sudut lancip.
  6. Pola anular, yaitu pola aliran sungai yang merupakan variasi pola radial. Pola anular terdapat pada suatu dome atau kaldera yang sudah mencapai stadium dewasa di mana sudah timbul sungai konsekuen, subsekuen, resekuen, dan obsekuen.

1) Bagian-Bagian dan Daya Angkut Sungai
Sebuah sungai dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian hulu, bagian tengah, dan bagian hilir. Tiap bagian memiliki ciri yang berbeda dalam aliran dan daya angkutnya.

a) Bagian Hulu
  • Terletak di daerah yang relatif tinggi.
  • Aliran sungai deras dan daya angkut tinggi.
  • Pengikisan dasar sungai tinggi hingga sungai bertambah ke hulu.
  • Dasar bentuk sungai berbentuk V.
  • Tak terjadi endapan sedimentasi.
  • Terdapat jeram atau air terjun.
  • Batu-batuan masih besar-besar.
b) Bagian Tengah
  • Terletak di daerah yang lebih landai.
  • Aliran airnya tidak begitu deras.
  • Pengikisan ke dasar sungai rendah.
  • Pengikisan lebih banyak pada dinding sungai.
  • Terdapat kelokan-kelokan sungai.
  • Bentuk dasar sungai berupa palung lurus atau cekung (curam).
  • Terbentuk endapan di muara sungai (pembentukan delta).
  • Terdapat batu guling relatif bulat.
c) Bagian Hilir
  • Terletak di daerah landai mendekati muara sungai.
  • Aliran sungai relatif lambat.
  • Pengendapan sangat kuat.
  • Banyak ditemukan aliran sungai yang berbelok-belok atau meander.
  • Merupakan wilayah dataran banjir yang sangat luas.
  • Bentuk lembah sungai sangat lebar, erosi cenderung ke arah tebing sungai.
  • Badan sungai terdiri dari lumpur dan pasir-pasir sangat halus.
  • Banyak ditemukan bantaran-bantaran sungai berupa daratan.
  • Membentuk daerah delta, meander, dan sungai mati.

2) Sifat Sungai di Indonesia
Sungai di Indonesia jumlahnya cukup banyak dan pada umumnya bersifat, antara lain mendapatkan air dari hujan, mengandung banyak bahan, pendek-pendek, dan kaya ikan.

a) Mendapatkan Air dari Hujan
Sebagian besar sungai di Indonesia mendapatkan air dari air hujan sehingga disebut sungai hujan (kecuali beberapa sungai Papua, sumber airnya dari cairan gletser). Air hujan tidak langsung mengalir ke sungai, tetapi ada yang meresap ke dalam tanah yang akan muncul kembali ke tempat lain sebagai mata air. Mata air ini atau air tanah dapat menjadi sumber air sungai.

b) Mengandung Banyak Bahan
Air sungai Indonesia banyak mengandung bahan endapan, yaitu tanah atau batu-batuan hasil pengikisan oleh sungai di bagian hulu atau bagian tengah. Hal inilah yang menyebabkan air sungai berwarna kekuning-kuningan. Sebelum sampai ke muara sungai, bahan-bahan endapan ini diendapkan di dasar sungai dan pinggiran sungai sehingga sering terjadi pendangkalan dasar sungai. Bahan endapan tersebut merupakan tanah yang subur.

c) Pendek-Pendek
Sungai di Indonesia dibandingkan dengan sungai-sungai di Benua Asia, Afrika, dan Amerika relatif pendek. Sungai-sungai ini pendek karena Kepulauan Indonesia relatif kecil atau tidak luas. Sungai-sungai yang dapat dilayari kapal besar, antara lain Sungai Kapuas (794 km), Sungai Musi (391 km), Sungai Mahakam (480 km), Sungai Barito (589 km), dan Sungai Batanghari (490 km). 

d) Kaya akan Ikan
Sungai-sungai di Indonesia kaya akan ikan alam. Artinya, ikan yang tumbuh secara alamiah, bukan karena dipelihara di sungai. Ikan alam ini biasanya ditangkap oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

3) Pemanfaatan Air Sungai
Keadaan sungai di negara kita relatif banyak dan debit airnya ada sepanjang tahun. Keadaan ini sangat menguntungkan sehingga pemanfaatan sungai untuk berbagai keperluan tidak terganggu. Sungai di Indonesia dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai sumber pengairan atau irigasi, sarana lalu lintas, sumber air minum, penghasil ikan dan bahan bangunan, serta pembangkit tenaga listrik.

a) Sumber Pengairan atau Irigasi
Indonesia sebagai negara pertanian atau agraris banyak memanfaatkan sungai sebagai sumber pengairan dalam pertanian. Aliran sungai-sungai di Indonesia umumnya tidak begitu deras sehingga air dapat ditampung di suatu tempat yang disebut waduk atau danau. Penggunaan sungai sebagai sumber pengairan berpengaruh terhadap pola pertanian di Indonesia, yaitu dari pertanian tadah hujan hingga menjadi pertanian irigasi modern. Oleh karena itu, pertanian yang tadinya hanya panen sekali setahun menjadi 2–3 kali panen dalam setahun. Hal ini juga didukung dengan ditemukannya bibit padi unggul sehingga panen dapat dilakukan 2–3 kali dalam setahun. Contoh sungai yang dimanfaatkan sebagai pengairan, antara lain Sungai Citarum dan Sungai Riam Kanan.

b) Prasarana Lalu Lintas Air
Di beberapa daerah di Indonesia, sungai digunakan sebagai prasarana lalu lintas air, menggantikan prasarana lalu lintas darat. Hal ini terjadi karena perkembangan lalu lintas yang lain belum maju, selain itu aliran sungai tidak deras dan ukuran sungai besar sehingga dapat menjadi prasarana transportasi. Pemanfaatan sungai sebagai prasarana transportasi umumnya menggunakan kapal-kapal perahu buatan penduduk. Sungai banyak dimanfaatkan sebagai prasarana lalu lintas transportasi, terutama sungai-sungai besar di Kalimantan, seperti Sungai Kapuas, Sungai Mahakam, Sungai Barito, dan Sungai Sambas. Prasarana transportasi di Sumatra, yaitu Sungai Musi, Sungai Batanghari, dan Sungai Indragiri. Sungai sebagai transporasi di Papua, yaitu Sungai Digul dan Sungai Mamberamo.

c) Sumber Air Minum
Sungai juga dimanfaatkan sebagai sumber air minum, baik yang langsung digunakan maupun tidak langsung. Air sungai yang langsung digunakan, maksudnya air sungai langsung dimanfaatkan untuk air minum. Hal ini lebih banyak terjadi di pedesaan karena air masih bersih. Pemanfaatan untuk mandi, cuci, dan kakus (pembuangan kotoran manusia) dapat terjadi di mana saja, baik di pedesaan maupun di kota, misalnya Sungai Ciliwung di Jakarta. Sungai-sungai yang airnya tidak langsung digunakan, maksudnya air sungai diolah lebih dulu atau dibersihkan dari kuman-kuman, kemudian digunakan untuk berbagai keperluan. Hal ini lebih banyak kita jumpai di kota melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Misalnya, Sungai Sunggal di Medan, Sungai Ciliwung di Jakarta, Kali Brantas di Surabaya, dan Sungai Musi di Palembang. PDAM banyak dijumpai di ibu kota provinsi, kabupaten, dan kota.

d) Sungai sebagai Daerah Penghasil Ikan dan Bahan Bangunan
Sampai saat ini, sungai di Indonesia merupakan tempat penangkapan ikan, belum lagi sebagai penghasil atau tempat pemeliharaan ikan. Kemajuan teknologi perikanan membuat sungai dapat digunakan sebagai tempat penghasil ikan. Hal lain yang dihasilkan sungai adalah bahan bangunan, antara lain pasir, batu kerikil, dan sejenisnya. Bahan bangunan ini merupakan bahan endapan sungai yang terdapat pada bagian dasar sungai atau bagian pinggir sungai. Bahan bangunan ini, banyak dijumpai terutama di bagian tengah dan hilir sungai.
Selain bermanfaat bagi kehidupan, sungai juga membawa dampak negatif. Tahukah kalian dampak negatif apa saja yang dapat diakibatkan oleh sungai? Pada saat musim penghujan, air sungai biasanya sering meluap dan mengakibatkan banjir sehingga menelan banyak korban berupa harta benda atau manusia. Hal ini terjadi karena daerah aliran sungai sudah tandus dan gundul akibat penebangan hutan. Cara mencegah terjadinya banjir atau meluapnya air sungai adalah dengan cara daerah aliran sungai harus ditanami pohon-pohonan. Bila hujan turun, akar-akar pepohonan akan membantu memasukkan air ke dalam tanah, kemudian air itu akan dikeluarkan kembali melalui mata air. Agar tidak terjadi hal demikian, kita harus menjaga lingkungan di sekitar sungai. Oleh karena itu, kita tidak boleh membuang sampah di sungai. Apabila kita melihat ada orang yang membuang sampah di sungai, kita harus berani menegur dan mengingatkannya!
e) Sungai sebagai Pembangkit Tenaga Listrik
Sungai-sungai di Indonesia juga dapat digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik karena air terjun dan air sungai itu dapat menghasilkan tenaga yang besar untuk menggerakkan turbin. Misalnya, Sungai Citarum di daerah Jatiluhur dan Saguling di Jawa Barat, Sungai Riam Kanan di Kalimantan Selatan, dan air terjun Sungai Asahan Sumatra Utara. Pembangkit tenaga listrik air ini disebut juga batu bara putih.

b. Danau
Danau adalah suatu massa air yang seluruhnya dikelilingi daratan. Tempat massa air itu merupakan suatu ledok atau cekungan atau lembah dengan ukuran cukup luas yang digenangi oleh air tawar atau asin. Sumber air di danau berasal dari air hujan, sungai, dan air tanah (mata air). Danau yang ada di Indonesia dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

IndonesiaDunia
DanauTempatLuas  (Km2)DanauTempatLuas (Km2)
TobaSumatra Utara1.146KaspiaAsia-Eropa438.897
TowutiSulawesi Selatan578SuperiorAmerika82.414
SentaniPapua Timur282VictoriaAfrika69.753
PosoSulawesi Tengah281AralAsia68.682
SemayangKalimantan Timur236HuronAmerika59.596
JempangKalimantan Timur225MichiganAmerika58.016
MatanuSulawesi Selatan156TanganyikaAfrika35.000
PaniaiPapua Barat140BaikalAsia31.481
BilidohKalimantan Barat122Great BearAmerika31.450
ManinjauSumatra Barat118Great SlaveAmerika28.681

1) Jenis-Jenis Danau
Berdasarkan cara terjadinya, danau dapat dibedakan ke dalam jenis danau tektonik, danau vulkanik, danau tektonovulkanik, danau karst, danau glasial, dan danau bendungan.

a) Danau Tektonik
Danau tektonik adalah danau yang terjadi karena peristiwa gerakan tektonik di lapisan kulit bumi. Peristiwa gerakan tektonik itu menyebabkan adanya permukaan bumi yang merosot seperti graben, kemudian daerah ini digenangi air yang disebut danau tektonik. Jenis danau ini terdapat di punggung Bukit Barisan (Sumatra) dan di Sulawesi.

b) Danau Vulkanik
Danau vulkanik adalah danau yang terjadi karena peristiwa vulkanisme yang menyebabkan adanya cekungan di puncak gunung berupa kepundan yang kemudian tertutup oleh lava yang kedap air di dasar kepundan tersebut. Daerah kepundan yang kedap air ini kemudian digenangi air hingga disebut danau vulkanik. Danau vulkanik dibagi dua, yaitu danau kepundan dan danau maar. Contoh danau kepundan adalah Danau Gunung Kelud di Jawa Timur dan Danau Gunung Kelimutu di Pulau Flores Nusa Tenggara Timur. Contoh danau maar, yaitu danau-danau di lereng Gunung Lamongan di Jawa Timur.

c) Danau Tektonovulkanik
Danau tektonovulkanik adalah danau yang terjadi karena gerakan tektonik dan kegiatan vulkanisme. Pada awalnya, danau terjadi karena letusan gunung api, kemudian mengalami pemerosotan oleh gerakan tektonik sehingga di bagian tubuh gunung terjadi cekungan patahan di puncak gunung. Contohnya, Danau Toba dan Danau Ranau.

d) Danau Karst
Danau karst atau danau kapur adalah danau yang terdapat di daerah kapur di antara bukit-bukit kapur yang berbentuk kubah. Danau karst terbentuk karena di bagian bawah dasar daerah kapur yang berbukit-bukit terdapat lapisan tanah merah (terrarosa) yang tebal sehingga tidak tembus air. Air yang masuk ke daerah kapur ini tergenang sehingga membentuk danau yang disebut danau kapur atau danau karst. Sebagai contoh, yaitu danau-danau di Pegunungan Seribu.

e) Danau Glasial
Danau glasial terjadi karena erosi gletser yang airnya terbendung di suatu cekungan. Contoh jenis danau ini tidak terdapat di Indonesia. Danau glasial banyak kita jumpai di daerah beriklim sedang, seperti Danau Superior, Danau Michigan, dan Danau Ontario di perbatasan Amerika Serikat dengan Kanada.

f) Danau Bendungan
Danau bendungan adalah danau yang terbentuk karena aliran air atau sungai yang terbendung, baik secara alami maupun buatan. Oleh karena itu, danau bendungan dibagi menjadi dua macam, yaitu danau bendungan alam dan danau bendungan buatan yang disebut waduk. Namun, karena luas waduk sudah menyamai luas danau maka waduk itu disebut danau. Contoh danau jenis ini, yaitu Waduk Jatiluhur (Jawa Barat) dan Danau Riam Kanan (Kalimantan Selatan). Jenis danau ini juga terdapat di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.

2) Pemanfaatan Air Danau
Danau dapat dimanfaatkan seperti pemanfaatan sungai yang diuraikan di atas. Kelebihannya, danau dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata dan sarana olahraga. Danau-danau di Indonesia dari segi terjadinya cukup unik dan banyak menampilkan ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lainnya sehingga menjadikannya menarik dan dapat dijadikan sebagai objek wisata. Misalnya, Danau Toba, Danau Tondano, dan Danau Maninjau.

c. Rawa
Rawa adalah tanah basah yang selalu atau sering digenangi air karena kekurangan drainase akibat letaknya rendah. Tempat tanah basah dapat berupa cekungan yang selalu tergenang oleh air dan di permukaannya sering tertutup oleh tumbuh-tumbuhan air. Rawa banyak terdapat di pantai yang landai sehingga dipengaruhi oleh gerakan pasang surut laut. Rawa yang demikian disebut rawa pantai.

Persebaran daerah rawa yang cukup luas terdapat di pantai timur Sumatra, pantai selatan Kalimantan, serta pantai utara dan selatan Papua, sedangkan di pantai yang lain daerah rawanya tidak luas. Daerah rawa dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia, misalnya untuk pertanian (seperti rawa di tepi sungai di Kalimantan dapat ditanami padi), penghasil kayu bakau, dan untuk perikanan (contohnya untuk memelihara ikan karamba).

Manfaat lain daerah rawa, yaitu banyak dijumpai hutan bakau. Hutan bakau dapat bermanfaat untuk menahan ombak laut dan tempat pengembangbiakkan ikan bandeng karena di daerah hutan bakau bibit bandeng atau nener dapat berkembang dengan baik.

2. Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat di dalam tanah atau air yang terdapat di dalam lapisan-lapisan kulit bumi. Air tersimpan di bawah tanah, berada di pori-pori batuan, dan di antara celah batuan. Air tanah ini terdapat di lapisan kulit bumi dalam jumlah besar atau sedikit. Umumnya, air tanah terdapat di lapisan yang berpori dan dalam lubang gua. Kedalaman permukaan air tanah di berbagai tempat tidak sama serta dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau. Pada musim hujan, permukaan air tanah tidak dalam. Sebaliknya, pada musim kemarau, permukaan air tanah lebih dalam.
Air tanah dapat terbagi atas dua bagian, yaitu air tanah permukaan (freatik) dan air tanah dalam. Air freatik adalah air yang terdapat di atas lapisan yang tidak dapat ditembus air, sedangkan air tanah dalam adalah air yang terdapat di lapisan batuan yang porus di antara dua lapisan kedap air. Kedua lapisan dipisahkan oleh lapisan tanah yang kedap air atau tidak tembus air, misalnya batuan beku (batuan pejal), dan tanah liat.

Air bawah tanah dapat dikelompokkan sebagai berikut.
  • Air tanah phreatis adalah air tanah yang terdapat dalam lapisan batu-batuan yang tidak dapat ditembus air.
  • Mata air adalah air yang berasal dari air hujan yang masuk ke dalam tanah dan terdapat dalam lapisan kedap. Air itu akan mengalir ke bawah dan ke luar di lembah sebagai mata air.
  • Air tanah dalam adalah air tanah yang terdapat dalam porus di antara lapisan kedap air.
  • Air artesis adalah air tanah yang terdapat di antara dua lapisan kedap di daerah lembah. Jika mempunyai tekanan tinggi dan mendapat jalan keluar, air akan mengalir dan memancar dengan kekuatan sendiri. Air artesis ini merupakan sumber air yang digunakan pada pembuatan sumur artesis.
Ciri-ciri air artesis adalah sebagai berikut.
  1. Bagian atas dan bawah airnya dibatasi oleh lapisan kedap.
  2. Letak lapisan yang mengandung air berada pada daerah sinklinal dari suatu formasi daerah lipatan.
  3. Air artesis dapat memancar jika tekanan pada sinklinal kuat. Sebaliknya, hanya akan mengalir naik jika tekanan pada daerah sinklinal lemah.
Air artesis sangat penting bagi daerah-daerah yang kondisi alamnya kering, seperti pada daerah arid (gurun, stepa) dan semiarid, misalnya Australia, Maroko, Aljazair.

Air tanah digunakan sebagai sumber air minum dalam kehidupan sehari-hari. Air tanah dimanfaatkan melalui sumur dan telaga pancuran. Jenis sumur ada yang sederhana dan ada pula yang kompleks atau modern. Sumur sederhana, yaitu sumur yang pengambilan airnya menggunakan timba, tali, dan sejenisnya. Sumur modern, yaitu sumur yang pengambilan airnya menggunakan mesin pompa air dan sejenisnya. Dalam kehidupan sehari-hari, sumur dijumpai di seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik di desa maupun di kota.

C. Zona Laut
Wilayah laut merupakan permukaan bumi yang tertutup atau terdiri dari massa air asin karena mengandung garam-garaman. Lautan atau samudra merupakan bagian air asin yang luas. Kedalaman laut di dunia secara rata-rata sekitar 3.800 m, sedangkan di daerah samudra sekitar 4.000 m. Kedalaman laut dapat diukur dengan draadloading dan echo louding. Kedalaman laut dalam peta ditunjukkan dengan garis isobath, yaitu garis yang menghubungkan titik-titik atau tempat-tempat dasar laut yang mempunyai kedalaman sama. Nol meter disebut garis pantai sebagai daerah perbatasan antara laut dengan daratan.

1. Relief Dasar Laut
Pada hakikatnya, dasar laut merupakan sambungan dari daratan. Dasar laut memiliki berbagai bentuk seperti di daratan. Relief di dasar laut dari pantai, yaitu dangkalan, gunung laut, ambang laut, punggung laut, basin, dan palung.

a. Dangkalan atau Paparan
Paparan atau dangkalan adalah zona dasar laut terhitung dari garis surut terendah sampai kedalaman 120–200 meter. Paparan ini merupakan dataran di dasar laut dangkal. Kelanjutan dari paparan di dasar laut Indonesia adalah lereng yang lebih curam ke arah laut dalam.

b. Gunung Laut
Gunung laut adalah gunung yang berada di dasar laut. Gunung ini merupakan tonjolan-tonjolan yang tumbuh di dasar laut. Gunung yang terjadi karena peristiwa vulkanisme, semakin lama gunung tersebut akan muncul ke permukaan laut, seperti Gunung Krakatau. Gunung laut ini termasuk kategori gunung api, seperti pegunungan api di Samudra Pasifik dan Teluk Alaska.
c. Ambang Laut
Ambang laut adalah suatu daerah yang memisahkan dua laut dalam, seperti Ambang Laut Sulawesi yang memisahkan Kepulauan Sangihe dengan Kepulauan Talaud.

d. Punggung Laut
Punggung laut adalah pegunungan di dasar laut. Punggung laut ini umumnya sejajar dengan garis pantai dan tidak jauh dari pantai, seperti punggung laut di selatan Pulau Jawa.

e. Basin
Basin adalah cekungan atau lembah atau lubuk di dasar laut. Basin merupakan depresi yang proses terjadinya dapat secara struktural (pembentukan muka bumi) ataupun secara erosional (terjadi akibat pengikisan). Basin berbentuk baskom atau belanga di dasar laut. Basin dapat berbentuk lubuk dasar cekungan dengan ukuran yang luas dan dalam di dasar laut serta berbentuk lembah.

f. Palung
Palung atau trench adalah dasar laut yang sempit dengan lereng yang curam. Palung ini menyerupai ngarai di laut dalam dengan bentuk lonjong memanjang. Contohnya Palung Mindanao 10.500 meter, Palung Mariana 9.635 meter, dan Palung Jawa 8.000 meter.
Perbedaan Lautan dengan Laut; Lautan lebih luas dan lebih dalam dibandingkan laut. Perbandingan antara luas laut dengan daratan adalah 7 : 3. Wilayah laut di belahan bumi selatan lebih luas dibandingkan dengan belahan bumi utara. Luas laut di belahan bumi selatan sekitar 80% dan di belahan bumi utara sekitar 60%.
2. Klasifikasi Laut
Laut dapat diklasifikasikan berdasarkan proses terjadi, letak, dan kedalaman lautnya. Laut berdasarkan proses terjadinya, laut terdiri dari laut regresi, laut transgresi, dan laut ingresi. Laut berdasarkan letaknya, laut dapat dibedakan menjadi laut tepi, laut tengah, dan laut pedalaman. Laut berdasarkan kedalaman, laut dapat dibedakan menjadi zona litoral, zona neritik, zona batial, dan zona abisal.
Berdasarkan kedalaman dan topografi dasar laut, laut di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi Paparan Sunda, Paparan Sahul, dan laut bagian tengah yang dalam. Topografi dasar laut Indonesia sangat kompleks dan bervariasi. Keadaan topografi dasar laut ini dipengaruhi oleh letak geologik Indonesia.
3. Selat dan Teluk
Selat dan teluk merupakan bagian dari laut. Selat adalah laut sempit yang terletak antara dua daratan atau pulau. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga banyak dijumpai selat, seperti Selat Sunda (antara Jawa dan Sumatra), Selat Malaka (antara Sumatra dan Malaysia), Selat Makassar (antara Kalimantan dan Sulawesi), dan Selat Karimata (antara Sumatra dan Kalimantan). Teluk adalah laut yang menjorok ke daratan. Contoh teluk di negara kita, yaitu Teluk Bayur, Teluk Jakarta, Teluk Palu, dan Teluk Cenderawasih. Selain selat dan teluk, ada pula tanjung, yaitu daratan pulau yang menjorok ke laut disebut tanjung atau semenanjung, seperti Tanjung Karawang di Jawa Barat dan Tanjung Menjangan di Bali.

Dalam tubuh air laut terdapat salinitas, suhu, gerakan air laut, dan unsur kimia lain, seperti hidrogen dan oksigen. Salinitas adalah banyaknya garam yang terkandung dalam satu kilogram air laut. Kadar garam air laut rata-rata 3,5% (per kilogram) atau 35% (per mil). Salinitas atau kadar garam air laut dipengaruhi oleh banyaknya air tawar dari sungai yang masuk ke laut, besar kecilnya penguapan, dan banyak sedikitnya curah hujan. Kadar garam yang paling utama terlarut dalam air laut adalah garam dapur atau natrium klorida.

Suhu air laut adalah suhu di permukaan air laut yang dipengaruhi oleh sinar matahari. Suhu air laut makin ke bawah semakin menurun karena sinar matahari hanya dapat tembus ke dasar laut sampai kedalaman 500 meter. Amplitudo suhu air laut terbuka sangat kecil (maksimun 5°C), sedangkan di laut bagian tepi (dekat dengan daratan) cukup besar karena dipengaruhi oleh suhu daratan. Suhu permukaan air laut Indonesia berkisar antara 25°C–31°C. Semakin ke dasar laut, suhu air semakin berkurang karena setelah kedalaman 200 meter ke dasar laut, suhu air laut akan berkurang 2°C pada setiap kedalaman 25 meter.

Kekayaan alam laut berupa ikan, mineral, nabati, dan terumbu karang. Kekayaan alam ini dapat diolah dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup manusia. Sumber daya laut dapat digunakan dalam bidang sarana perhubungan, sumber protein hewani (diperoleh dari ikan), sumber daya nabati (diperoleh dari rumput laut dan terumbu karang), serta pertambangan minyak bumi.

Gerakan air laut adalah perpindahan massa air laut dari suatu tempat ke tempat lain. Gerakan air laut dapat terjadi karena tekanan angin, perbedaan suhu, dan perbedaan salinitas. Gerakan air laut meliputi gelombang, pasang naik dan pasang surut, serta arus laut. Gerakan air laut dimanfaatkan oleh nelayan dalam menangkap ikan. Selain itu, gerakan air laut digunakan untuk sarana olahraga selancar.

5. Pantai dan Pesisir serta Manfaatnya bagi Kehidupan
Pada pertemuan daratan dan laut terdapat pantai dan pesisir.

a. Pantai
Pantai adalah bagian dari daratan yang berbatasan dengan laut atau genangan air lainnya yang luas dan ada di bawah pengaruh gelombang secara langsung. Garis pantai mengalami perubahan yang konstan sebagai akibat pengerjaan gelombang, arus, dan pasang. Pelaku utama yang mengubah bentuk pantai adalah gelombang. Pesisir adalah lokasi pertemuan daratan dengan lautan, dari batas permukaan air laut pada waktu pasang surut terendah menuju arah darat sampai batas tertinggi yang mendapat pengaruh gelombang pasang tertinggi (pasang purnama).

b. Ekosistem Pantai
Hutan mangrove atau hutan bakau merupakan bagian utama ekosistem pantai. Selain pohon bakau, ada juga pohon kayu api dan bogem. Daerah hutan bakau bersifat landai di bawah pengaruh air pasang dan surut. Keadaan hutan bakau pada saat air pasang seperti dilanda banjir dan pada saat air surut akar-akar pohon akan tampak di atas tanah lumpur.

Ekosistem pantai, terutama hutan bakau di daerah pantai harus tumbuh dengan baik dan dijaga kelestariannya. Ekosistem itu bermanfaat untuk tempat berkembang biak berbagai jenis ikan, kepiting, udang, burung, dan dapat menahan serangan ombak. Hutan bakau yang terpelihara dengan baik dan lestari dapat menjamin tersedianya tempat perkembangbiakan berbagai jenis ikan dan burung serta menjamin kelestarian mata pencaharian penduduk nelayan.

Wilayah pantai digunakan sebagai tempat penangkapan ikan (nelayan), pemeliharaan ikan (payau, udang, bandeng), pertambakan garam, objek rekreasi, penghasil kelapa (kopra), pelabuhan laut, bandar udara, pemukiman penduduk, dan pergudangan. Pemanfaatan daerah pantai ini sangat bergantung pada kondisi wilayah pantai itu sendiri.
Ekosistem utama di daerah pantai, yaitu hutan bakau dengan lingkungannya dan tumbuhan kelapa yang terdapat di daratan dimanfaatkanoleh penduduk sebagai sumber mata pencaharian.
Hutan bakau dapat menahan gelombang laut sehingga penduduk di daerah pantai terhindar dari dampak gelombang laut dan tsunami bila terjadi. Hutan bakau adalah salah satu jenis hutan yang berisi beberapa jenis kelompok tumbuhan dengan media tanah seperti rawa dan perairan payau. Selain itu hutan bakau biasanya juga banyak ditemukan di kawasan perairan yang berbatasan dengan daratan dengan garis pantai khusus yang banyak terpengaruh oleh proses alami air laut. Air laut biasanya akan sering pasang dan surut sesuai dengan pergerakan angin laut. Hutan bakau akan melindungi tanah di sekitar garis pantai agar tidak terbawa oleh air laut. Hutan bakau banyak tumbuh di sekitar daratan yang bersifat lembek atau tanah endapan yang berasal dari proses air laut. Bahkan banyak jenis hutan bakau yang terdiri dari media rawa atau lumpur.
LihatTutupKomentar