Wildan Mustofa, pekebun kentang di Pangalengan, Bandung, menuai panen kentang 28 ton dari biasanya hanya 25 ton. Anehnya, itu terjadi bukan lantaran penambahan pupuk, malah penyubur itu dikurangi 30%. Selama penanaman, Wildan hanya memberikan 800 kg campuran Urea, SP36, KCl, dan ZA senilai Rp2-juta. Biasanya ia menghabiskan 1.500 kg campuran pupuk tersebut senilai Rp3,75-juta. Pengurangan pupuk kimia itu diimbangi dengan pemanfaatan 200 kg pupuk organik. Harga beli pupuk organik Rp5.500 per kg. Berarti Wildan menghemat Rp650.000. Hasil itu stabil meski ia mengulanginya hingga 6 kali berturut-turut. Wildan memperoleh tambahan pendapatan Rp13,5-juta hasil penjualan 3 ton kentang. Setelah itu, Wildan memperluas penggunaan pupuk organik di lahan 15 ha. Produksi rata-rata juga 28 ton/ha.
Pupuk hayati terdiri atas inokulum mikroba yang mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia konvensional oleh tanaman. Mikroba yang digunakan mampu hidup bersimbiosis dengan tanaman inang. Keuntungan diperoleh oleh kedua pihak, tanaman inang mendapatkan tambahan unsur hara, sedangkan mikroba mendapatkan bahan organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya. Mikroba itu antara lain [I]Azospirillum lipoverum[/I] bakteri penambat nitrogen bebas. Ia bekerja meningkatkan jumlah serabut akar dengan cara menginduksi konsentrasi fitohormon asam indol asetat (AIA) dan asam indol butirat (AIB) bebas di daerah perakaran. Azotobacter beijerinckii bakteri pemantap struktur tanah dan penambat nitrogen bebas.
Bakteri lain, Aeromonas punctata memantapkan struktur tanah dan melarutkan fosfat. Bakteri itu menghasilkan enzim fosfatase, asam-asam organik, dan polisakarida. Senyawa-senyawa itu membebaskan unsur fosfor dari pengikatnya sehingga jumlah yang diserap tanaman meningkat. Kelarutan kalium juga meningkat sehingga produktivitas kentang meningkat. Fosfat unsur hara makro penting bagi pertumbuhan akar halus dan rambut akar, memperkuat akar agar tanaman tidak mudah rebah, memperbaiki kualitas tanaman, pembentukan bunga, buah, dan biji, serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit. Sayang, “Tanaman hanya memanfaatkan fosfat sebesar 10—30% dari pupuk yang diberikan. Itu artinya 70—90% pupuk tetap berada di dalam tanah. Namun, dengan pupuk hayati yang kaya dengan pelarut fosfat, gejala itu bisa diatasi. Pemupukan pun bisa lebih efisien dan tidak merusak stuktur tanah. Justru hasil panen meningkat.