Hakikat Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga mengembangkan prosedur-prosedur bagi Pembelajaran empat keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan menghargai saling ketergantungan bahasa. Namun sebelum kita membahas konsep tentang pendekatan komunikatif, perlu diketahui bahwa bahasan tentang konsep ini akan merinci tentang;
  1. Latar belakang singkat munculnya pendekatan komunikatif 
  2. Ciri-ciri utama pendekatan komunikatif 
  3. Aspek-aspek yang berkaitan erat dengan pendekatan komunikatif, dan 
  4. Penerapan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia. 
1. Latar Belakang Singkat Munculnya Pendekatan Komunikatif
Menurut Tarigan (1989:270), munculnya pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa bermula dari adanya perubahan-perubahan dalam tradisi pembelajaran bahasa di Inggris pada tahun 1960-an, yang saat itu menggunakan pendekatan situasional. Dalam pembelajaran bahasa secara situasional, bahasa diajarkan dengan cara mempraktikkan atau melatihkan struktur-struktur dasar dalam berbagai kegiatan berdasarkan situasi yang bermakna. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, seperti halnya teori linguistik yang mendasari audiolingualism, ditolak di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1960-an dan para pakar ahli linguistik kapan Inggris pun mulai mempermasalahkan asumsi-asumsi yang mendasari pengajaran bahasa situasional. Menurut mereka, tidak ada harapan atau masa depan untuk meneruskan mengajar gagasan yang tidak masuk akal terhadap peramalan bahasa berdasarkan peristiwa-peristiwa situasional. Apa yang dibutuhkan adalah suatu studi yang lebih cermat mengenai bahasa itu sendiri dan kembali kepada konsep tradisional bahwa ucapan-ucapan mengandung makna dalam dirinya dan mengekspresikan makna serta maksud maksud pembicara dan penulis yang menciptakannya (Howatt,1984:280, dalam Tarigan, 1989:270).

Sementara itu para pakar linguistik terapan Inggris pun memberi penekanan pada dimensi fundamental bahasa yang lain yang tidak mendapat perhatian dalam pendekatan-pendekatan mutakhir terhadap pembelajaran bahasa pada masa itu, yakni potensi bahasa yang bersifat fungsional dan komunikatif. Mereka memandang, betapa perlunya memfokuskan diri pada kecakapan komunikatif dalam pembelajaran bahasa daripada hanya berkutat pada struktur semata. Atas dasar sejarah singkat itulah kemudian dikembangkan pembelajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif.

2. Ciri-ciri Utama Pendekatan Komunikatif
Ciri-ciri utama pendekatan komunikatif adalah adanya dua kegiatan yang saling berkaitan erat, yakni adanya kegiatan-kegiatan komunikatif fungsional dan kegiatan kegiatan yang sifatnya interaksi sosial. Kegiatan komunikasi fungsional terdiri atas empat hal, yakni;
  1. Mengolah informasi 
  2. Berbagi dan mengolah informasi 
  3. Berbagai informasi dengan kerjasama terbatas dan 
  4. berbagi informasi dengan kerjasama tak terbatas 
Sedangkan kegiatan interaksi sosial terdiri atas enam hal, yakni;
  1. Improvisasi 
  2. Lakon-lakon pendek yang lucu 
  3. Aneka simulasi 
  4. Dialog dan bermain peran 
  5. Sidang-sidang konversasi dan diskusi, serta 
  6. Berdebat 
Dengan kata lain, ciri-ciri yang telah diperlihatkan di atas telah jelas memperlihatkan beberapa perbedaan pokok antara pendekatan komunikatif dengan pendekatan yang dilakukan secara tradisional, yang merupakan hal terpenting.

Sementara itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum Bahasa Indonesia tahun 1994, pendidikan dasar yaitu SD dan SLTP maupun di pendidikan menengah atau SLTA, dilaksanakan berdasarkan pendekatan komunikatif. Hal ini dapat dilihat dalam GBPP kurikulum Bahasa Indonesia 1994, untuk pendidikan dasar maupun menengah. Dalam GBPP tersebut, antara lain telah tercantum dalam butir pertama, ketujuh, dan ke-14. Adapun rumusan nya adalah sebagai berikut;

a. Butir pertama 
Rumusan butir pertama 
Pada hakekatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa indonesia, baik secara lisan maupun tulis. 

b. Butir ketujuh 
Rumusan butir ketujuh 
Pembelajaran bahasa diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa. Siswa tidak hanya diharapkan memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung, melainkan juga disampaikan secara terselubung atau secara tidak langsung. 

c. Butir keempatbelas 
Rumusan butir keempatbelas 
Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan untuk berbagai macam fungsi sesuai dengan apa yang ingin disampaikan penutur, misalnya untuk menyatakan informasi faktual, menyatakan sikap intelektual, menyatakan sikap moral, dan untuk bersosialisasi. Pembelajaran fungsi penggunaan tersebut disajikan dalam konteks, tidak dalam bentuk kalimat lepas. Dalam pelaksanaannya, bermacam fungsi tersebut dipadukan melalui berbagai macam kegiatan pembelajaran (bermain peran, percakapan mengenai topik tertentu, dan sebagainya).

Paparan di atas telah menunjukkan kepada kita bahwa pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum Bahasa Indonesia 1994 menekankan pada terbentuknya kemampuan berkomunikasi siswa dalam bahasa Indonesia. Pembelajaran ini tidak lagi hanya sekedar memberi teori tentang pengetahuan bahasa Indonesia, melainkan untuk membimbing, menjadikan siswa, menggunakan bahasa Indonesia untuk berbagai keperluan, baik dalam komunikasi resmi maupun komunikasi tidak resmi.

3. Aspek-aspek yang Berkaitan Erat dengan Pendekatan Komunikatif
Untuk lebih memahami hakikat pendekatan komunikatif, berikut ini akan dibicarakan delapan aspek yang berkaitan erat dengan pendekatan komunikatif (David Nunan 1989 dalam Solchan T.W., dkk.2001;6.6), dan untuk memudahkan dalam mempelajari materi ini saya sajikan dalam bentuk tabel; 

NoAspek yang BerkaitanKebermaknaan dalam Pendekatan Komunikatif
1. Teori BahasaPendekatan komunikatif berdasarkan
teori bahasa menyatakan bahwa
pada hakekatnya bahasa adalah suatu sistem
untuk mengekspresikan makna, yang menekankan
pada dimensi semantik dan komunikatif
daripada ciri-ciri gramatikal bahasa.
Oleh karena itu, yang perlu ditonjolkan adalah
interaksi dan komunikasi bahasa,
bukan pengetahuan tentang bahasa.
2. Teori BelajarTeori belajar yang cocok untuk pendekatan ini
adalah teori pemerolehan bahasa kedua secara alamiah.
Teori ini beranggapan bahwa proses belajar
lebih efektif apabila bahasa diajarkan
secara alamiah sehingga proses belajar bahasa
yang lebih efektif dilakukan melalui
komunikasi langsung dalam bahasa yang dipelajari.
3. TujuanKebutuhan siswa yang utama dalam belajar bahasa
berkaitan dengan kebutuhan komunikasi
maka tujuan umum pembelajaran bahasa
adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk
berkomunikasi (kompetensi dan performansi komunikatif)
4. SilabusSilabus harus disusun searah dengan
tujuan pembelajaran dan tujuan-tujuan yang
dirumuskan dan materi-materi yang dipilih
harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
5. Tipe KegiatanDalam pembelajaran bahasa Indonesia
dengan pendekatan komunikatif, pembelajaran
dipajangkan pada situasi komunikasi yang
nyata, seperti tukar menukar informasi,
negosiasi makna atau kegiatan lain
yang sifatnya riil
6. Peranan GuruDalam pembelajaran ini, guru hanya
berperan sebagai fasilitator proses
komunikasi, partisipan tugas dan teks,
menganalisis kebutuhan, konselor,
dan manajer proses belajar.
7. Peranan SiswaDalam pembelajaran ini, siswa
berperan sebagai pemberi dan penerima,
negosiator, dan interaktor
sehingga para siswa tidak hanya
menguasai bentuk-bentuk bahasa,
tetapi juga bentuk dan maknanya
dalam kaitanya dengan konteks pemakaiannya.
8. Peranan MateriDalam pembelajaran ini materi harus
disusun dan disajikan dalam peranan
sebagai pendukung usaha meningkatkan
kemahiran berbahasa dalam
tindak komunikasi nyata.

4. Penerapan Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pendekatan komunikatif ini, boleh dikata, merupakan pendekatan yang sangat tepat digunakan dalam pembelajaran bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Ketepatan ini sangat berkaitan dengan pandangan-pandangan ilmu bahasa yang menggarisbawahi bahwa belajar bahasa pada intinya belajar berkomunikasi. Artinya, dalam proses tersebut pemakaian bahasa sesuai dengan fungsinya adalah hal yang sangat esensial dalam sebuah proses pembelajaran bahasa.

Dalam pembelajaran bahasa, yang dimaksud dengan pendekatan adalah seperangkat asumsi yang saling berkaitan. Didalamnya mencakup hakikat bahasa, pembelajaran bahasa, serta belajar bahasa. Pendekatan ini bersifat aksiomatis. Artinya, kebenaran konsep-konsep teoretis yang digunakan sebagai asumsi asumsi, kebenarannya tidak perlu dipersoalkan lagi.

a. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Komunikatif
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif adalah membentuk kemampuan komunikatif siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia yang mencakup empat keterampilan, baik menyimak, membaca, menulis, maupun berbicara. Artinya, melalui berbagai kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan mampu menguasai kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, baik secara lisan-tulisan, maupun secara resmi-tidak resmi.

Sementara itu, kemampuan komunikatif itu sendiri memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah sebagai berikut;
  1. Kompetensi komunikatif bersifat dinamis. Artinya, kompetensi tersebut bergantung pada negosiasi makna antara dua penutur atau lebih yang sama-sama mengetahui kaidah pemakaian bahasa. 
  2. Kompetensi komunikatif meliputi pemakaian bahasa yang bersifat lisan dan tulis. 
  3. Kompetensi komunikatif bersifat kontekstual karena komunikasi terjadi dalam konteks tertentu. 
  4. Kompetensi komunikatif, meliputi kompetensi bahasa dan performansi bahasa. 
  5. Kompetensi komunikatif bersifat relatif, bergantung pada aspek lain yang terkait, baik internal maupun eksternal.
Berkaitan dengan kompetensi komunikatif ini, Canale dan Swain (dalam Solchan, T.W, dkk., 2001:6.19) mengemukakan empat unsur yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi, yakni; 
  1. Kemampuan gramatika; kemampuan penutur menggunakan kaidah gramatika, 
  2. Kemampuan sosiolinguistik; kemampuan penutur memahami konteks sosial tempat terjadinya komunikasi, 
  3. Kemampuan wacana; kemampuan penutur menyampaikan maksud-maksud komunikasi secara koheren, dan 
  4. Kemampuan strategi; kemampuan penutur menggunakan berbagai cara atau strategi dalam berkomunikasi.
b. Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)
GBPP dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah bagian dari kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia. Adapun kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran bahasa Indonesia serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar bahasa Indonesia. 

Dalam perumusan GBPP, perlu diperhatikan berbagai model GBPP yang dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif. Setidaknya, terdapat delapan model GBPP yang dapat dikembangkan, yakni; 
  1. GBPP yang menekankan struktur dan ditambah fungsi-fungsi bahasa;
  2. GBPP dengan butir-butir struktur yang digunakan sebagai inti untuk mengembangkan fungsi-fungsi bahasa dengan cara mengembangkan secara spiral; 
  3. GBPP yang menyajikan struktur, fungsi, dan instrumental; 
  4. GBPP yang berpusat pada fungsi-fungsi bahasa 
  5. GBPP yang menekankan pada makna, yang meliputi makna gramatikal dan makna fungsi komunikasi; 
  6. GBPP yang menyajikan tipe-tipe interaksional; 
  7. GBPP yang menekankan pada penyajian tugas dalam melaksanakan kegiatan berbahasa; 
  8. GBPP yang menekankan pada kegiatan-kegiatan untuk mendorong pembelajaran berbahasa.
LihatTutupKomentar